RUMAH BACA JALAPUSTAKA

"Menjala Dunia Dengan Membaca"

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

Annida-Online–Siapa saja boleh datang, baca buku bahkan membawanya pulang tanpa dipungut bayaran. Rumah Baca Jalapustaka di Jalan Raya Kranji Kedungwuni Timur 02 RT 01/ RW 09 Kedungwuni, Pekalongan menyediakan buku-buku koleksi pribadi pendirinya, kakak-beradik Adi Toha dan Balya untuk dipinjam masyarakat Pekalongan. Dari anak-anak, remaja bahkan orang tua boleh pinjam dan tak perlu mendaftar sebagai anggota rumah baca. Cukup mencatatkan diri pada buku peminjaman, dan mengembalikannya tepat waktu.

Selain gratis meminjam buku, pembaca Jalapustaka juga beroleh pelatihan internet seminggu sekali. Program Jalapustaka kerjasama dengan salah satu warnet di Pekalongan ini sudah dimulai sejak bulan 24 April 2009. Menurut Adi Toha, pelatihan ini penting untuk mengenalkan internet dan penggunaannya kepada para pembaca Jalapustaka yang kebanyakan adalah anak-anak usia sekolah.

“Sementara ini belum mengarah ke aktifitas ngeblogg atau yang lain, baru sebatas pengenalan dan pemanfaatan internet dengan baik dan benar. Pendampingan oleh personel dari warnet tersebut yang kebetulan caredengan apa yang dilakukan oleh Jalapustaka, dan oleh adik saya,” tutur Adi, konseptor sekaligus bertindak mengupayakan pengadaan buku dan jaringan dengan komunitas literasi lain.

Usia Jalapustaka sendiri masih batita lho, lahir 15 Oktober 2008 lalu atas prakarsa Adi. Pria 27 tahun yang sehari-hari bekerja di Bandung, menyerahkan pengelolaan rumah bacanya pada sang adik, Balya. Selama setahun beroperasi, Jalapustaka mencatat sudah ada kurang lebih 1.000 peminjaman. Koleksi awal Jalapustaka sekitar 500 judul buku, dan terus bertambah hingga kini ada 700-an. Sebulan sekali atau jika Adi pulang ke Pekalongan, ia mengirim atau membawa buku-buku dari Bandung. Ada juga sumbangan dari kawan-kawan Adi, atau komunitas literasi lainnya. Mayoritas koleksi Jalapustaka berupa buku-buku nonfiksi terutama karya sastra. Sayangnya, pembaca Jalapustaka lebih tertarik pada buku cerita anak-anak maupun komik, yang jumlahnya masih terbatas.

Pendirian Jalapustaka menurut Adi, diniatkan sebagai ladang amalnya. Adi mengaku, yang ia punya hanyalah buku dan ia ingin membagikan ilmu-ilmu dari buku tersebut kepada masyarakat. “Lagipula belum ada perpustakaan representatif yang mudah diakses oleh semua kalangan. Masyarakat di sini kan masih banyak yang kurang mampu, masih sulit untuk beli buku. Supaya koleksi buku-buku saya bermanfaat, bisa dinikmati juga oleh orang banyak, saya dirikan Jalapustaka ini. Jala berarti jaring, sedangkan pustaka berarti buku atau dunia. Kami upayakan menjaring semua golongan untuk memerangi kebodohan dengan banyak membaca,” beber Adi.

Oh ya, di samping kegiatan reguler pelatihan internet itu, Jalapustaka juga menggelar kegiatan lain yang bersifat kondisional. Umpamanya latihan membaca puisi sebagai persiapan lomba agustusan. Lantas, ada pula pemutaran film yang menggugah seperti Laskar Pelangi belum lama ini.

Sekarang ini, Adi dkk tengah menyiapkan konsep “Sepeda Sastra” yang diagendakan berlangsung tahun depan. Dalam “Sepeda Sastra” ini, Jalapustaka menggandeng komunitas lain yakni Pondok Maos dari Kendal. Nantinya, pembaca Jalapustakan yang masih duduk di bangku SD, SMP dan SMA dan peserta dari komunitas lain diajak bersepada keliling Pekalongan. Tak cuma sekadar olahraga atau bersenang-senang, namun ada target tersendiri. Apakah itu?

“Dua tahun kemarin saya dan kawan penggiat literasi di Kendal telah menguji coba konsep ini di sana, tahun depan giliran diujicoba di Pekalongan. Output dari kegiatan Seped a Sastra ini adalah para peserta bisa menulis sekaligus menginformasikan objek-objek lokal yang memiliki potensi sosial/ekonomi budaya kepada publik. Di Kendal sudah menghasilkan output fisik berupa sebuah buku kumpulan catatan perjalanan dari peserta dan peserta tamu, " urai Adi, yang juga seorang penulis dan telah menerbitkan dua kumpulan cerita anak bareng beberapa penulis lain. [Esthi/foto: dok. Jalapustaka]

dikopas dari situs annida-online

0 komentar:

Posting Komentar