RUMAH BACA JALAPUSTAKA

"Menjala Dunia Dengan Membaca"

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
16 Januari 2009

Kenapa Jalapustaka?

Diposting oleh jalapustaka

Buku adalah sumber pengetahuan dan informasi. Dalam setiap lembarnya terdapat catatan dan rekaman sejarah dan budaya manusia yang disampaikan lewat narasi, kisah-kisah dan gambar-gambar. Dari sanalah manusia dari suatu generasi membaca dan mempelajari generasi pendahulunya, dan mewariskan pengetahuan dan pencapaian-pencapaiannya kepada generasi berikutnya. Aktivitas membaca, dengan demikian menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan oleh siapapun.

Sayangnya, di tengah kondisi bangsa yang masih belum bisa keluar dari berbagai krisis termasuk krisis pendidikan dan kebudayaan, aktivitas membaca menemukan rintangan terbesarnya ketika harga-harga termasuk juga harga buku menjadi di luar jangkauan daya beli masyrakat umum, terutama masyarakat pinggiran dan pedesaan. Membaca akhirnya menjadi urutan kesekian dari daftar kebutuhan, bahkan cenderung terlupakan. Di samping, permasalahan minat baca masyarakat awam yang relatif masih rendah, dan pola pikir masyarakat yang cenderung lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan fisik dan gaya hidup konsumtif daripada pemenuhan kebutuhan pengetahuan dan pendidikan. Dalam hal ini, keberadaan sebuah perpustakaan atau rumah baca atau taman baca yang dikelola oleh otoritas pemerintahan setempat, masyarakat umum, maupun individu menjadi sangat penting.

Ada asumsi di masyarakat umum bahwa aktifitas membaca buku adalah aktifitas yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang secara status ekonomi berada di tingkatan menengah ke atas. Asumsi demikian sangat wajar ketika akses terhadap buku dan kegiatan membaca masyarakat tingkat menengah ke bawah sangat terbatas bahkan tidak ada sama sekali. Buku dan kegiatan membaca hanya bisa dinikmati oleh masyarakat kelas menengah ke atas terutama di perkotaan di mana akses sangat terbuka lebar.

Berangkat dari pemikiran bahwa buku dan kegiatan membaca tidak selayaknya hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang, dan sebuah usaha untuk membuka selebar-lebarnya akses masyarakat umum terutama kelas menengah ke bawah terhadap buku dan bacaan alternatif lainnya, serta upaya untuk memajucerdaskan masyarakat lewat kegiatan literasi itulah kami mendirikan Rumah Baca Jala Pustaka.

Nama ‘JalaPustaka’, berangkat dari pemikiran bahwa pengetahuan dan pemahaman akan segala sesuatu tidak datang dengan sendirinya, pengetahuan tersebut harus dicari, diraih, dikejar, ataupun dipelajari, dalam bahasa kami, dijala atau dijaring, salah satunya adalah dengan membaca buku (pustaka). Untuk itulah motto yang kami pikir tepat untuk Rumah Baca JalaPustaka adalah “Menjala Dunia Dengan Membaca”.

Rumah Baca JalaPustaka terletak tepatnya di Jalan Kedungwuni – Kranji No. 02 Rt. 01 Rw. 09 Kelurahan Kedungwuni Timur, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, Kode Pos 51173.

Dalam pengetahuan kami, di kabupaten Pekalongan sendiri belum terdapat sebuah perpustakaan umum atau rumah baca yang dikelola oleh masyarakat ataupun individu pemerhati literasi, yang ada hanyalah perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah daerah, itupun lokasinya berada di komplek Kantor Pemerintah Daerah, dengan demikian, terpisah dari pemukiman masyarakat secara umum; selain tentunya perpustakaan di tiap-tiap sekolah yang mungkin ada.

Sasaran berdirinya Rumah Baca JalaPustaka adalah masyarakat pada umumnya, mahasiswa, pelajar dan anak-anak yang berada di lingkungan kecamatan Kedungwuni dan lebih umum lagi adalah masyarakat Kabupaten Pekalongan.

Tujuan berdirinya Rumah Baca JalaPustaka adalah: 1) Ikut serta memajucerdaskan kehidupan masyarakat lewat kegiatan membaca dan literasi; 2) Sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; 3) Memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan lewat buku-buku dan bacaan lainnya; 4) Menyediakan buku-buku dan bacaan alternatif kepada masyarakat umum terutama kalangan usia pelajar dan anak-anak; dan 5) Memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya kegiatan membaca.

Di rumah baca JalaPustaka, semua peminjaman buku tidak dikenakan biaya sama sekali. Peminjam hanya diharuskan untuk mengisi isian peminjaman buku yang berisi: nama peminjam, alamat atau nomor telepon peminjam, judul buku yang dipinjam, dan tanggal peminjaman. Peminjaman buku dijangka waktu selama satu minggu dan bisa diperpanjang dengan mengisi kembali isian peminjaman. Penggunaan kartu anggota dirasa tidak diperlukan, karena selain akan semakin menambah halangan prosedural dalam peminjaman buku, juga untuk melatih tanggung jawab dan kejujuran peminjam, meskipun resiko kehilangan atau buku tidak dikembalikan sangat mungkin terjadi.

Saat ini, Rumah Baca JalaPustaka memiliki koleksi bacaan kurang lebih 500 judul buku yang terdiri dari buku-buku karya sastra, agama, pengetahuan umum, dan buku anak-anak. Buku-buku tersebut sebagian besar adalah koleksi pribadi pendiri dan pengelola. Kami pikir jumlah tersebut masih terhitung sedikit. Untuk itulah kami mengharapkan bantuan dari pihak-pihak pekerja literasi maupun pihak-pihak lain baik perorangan maupun institusi yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab akan kemajuan pendidikan secara umum. Bantuan yang sangat kami harapkan adalah dalam bentuk pengadaan buku maupun materi-materi pendukung lainnya.

Selain perpustakaan, rumah baca JalaPustaka akan secara berkala mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat dengan kegiatan pendidikan dan literasi, seperti perpustakaan keliling ke sekolah-sekolah, diskusi dan bedah buku dengan mengundang pemateri lokal dan nasional, diskusi dan pemutaran film, baca puisi, kelas menulis dan mendongeng, les privat mata pelajaran sekolah, lomba-lomba, dan kegiatan lainnya. kegiatan-kegiatan tersebut bersifat kondisional, bergantung pada ketersediaan sumber daya dan sumber dana.

Rumah Baca JalaPustaka berjejaring dengan beberapa rumah baca di kota lain yang lebih dahulu berdiri. Jejaring ini terbentuk karena pendiri dan pengelola Rumah Baca ‘JalaPustaka’ secara tidak langsung ikut serta dalam perencanaan, pendirian dan kegiatan-kegiatan rumah-rumah baca di kota tersebut. Di antaranya adalah: Pondok Maos Guyub dan Pondok Baca Ajar di Kendal, dan Pondok Maos ‘Guyub Ayem’ di Ambarawa. Jejaring juga telah akan dibina dengan sesama rumah baca se-Indonesia.

Bisa dibayangkan bagaimana kondisi masyarakat kita beberapa generasi mendatang tanpa adanya usaha-usaha pendidikan dan pengembangan wawasan pengetahuan dan informasi yang memadai. Globalisasi ekonomi dan budaya pop yang telah merambah seluruh pelosok kehidupan jika tidak diimbangi dengan pengetahuan dan informasi kritis hanya akan melahirkan generasi-generasi fatalistik yang tidak berdaya. Literasi memang bukanlah satu-satunya cara. Namun setidaknya, bisa menjadi alat penyeimbang dan alternatif jalan keluar bagi keterpurukan pendidikan kita saat ini. Membaca, bukanlah sebuah aktifitas sia-sia. Usaha-usaha untuk meningkatkan minat dan aktifitas membaca sudah selayaknya mendapat dukungan dari berbagai pihak yang memiliki kepedulian akan pendidikan untuk mempersiapkan generasi mendatang yang lebih berdaya guna dan kompetitif di tengah arus persaingan global yang semakin menggila.

Terima Kasih.

Pekalongan, 15 Oktober 2008

Penggagas dan Pengelola Rumah Baca JalaPustaka

Adi Toha

0 komentar:

Posting Komentar